13 FEB 2015 – DAY 2
Semalaman saya tidur nggak nyenyak karena terkena hujan di hari pertama liburan di Bandung. Rasa pusing, hidung tersumbat dan bersin – bersin membuat saya nggak bisa memanfaatkan waktu tidur saya dan malah terus menerus kebangun dari tidur. Akhirnya, saya baru bisa tidur setelah jam 4 subuh, dan harus kebangun jam 8 pagi karena ada beberapa jadwal jalan – jalan di Bandung yang sudah direncanakan dari kemarin. Jam setengah 9 pagi, saya dan pacar berjalan kaki dari hotel kami yang berlokasi di daerah Braga menuju St. Hall atau Stasiun (utama) Bandung. Kurang lebih sepuluh menit kami sampai di pinggir kali dekat jembatan jalur kereta api. Setelah nanya sana sini (lagi), akhirnya kami menunggu angkot berwarna krem jurusan St. Hall – Lembang. Pagi ini kami berencana pergi ke De’ Ranch yang letaknya di daerah Maribaya, Lembang.
Sebelum naik angkot krem itu, saya sempat memberitahu sang supir kalau ingin pergi ke De’ Ranch. Si supir mengangguk dan berjanji akan memberitahu lokasi De’ Ranch yang menurut pendapatnya nggak jauh dari lokasi turun angkot. Saking percaya sama supir angkot yang mari kita sama – sama sebut beliau sebagai Akang ini, saya dan pacar malah sibuk ngobrol dan becanda haha – hihi. Sesekali sih kami menengok arah perjalanan angkot yang mulai menyusuri jalanan berkontur naik turun. Melewati Sukajadi, jalanan mulai menanjak dan hawa dingin mulai menyusuri sekujur tubuh membuat bulu kuduk kami merinding. Bahkan gara – gara lupa pakai sweater, si pacar pun mulai menggigil. Untunglah saya memakai kaos berlengan panjang yang lumayan mengurangi hawa dingin yang semriwing.
Sekitar kurang lebih 50 menit perjalanan, angkot kami sampai di pertigaan yang saya nggak tau apa namanya. Ternyata supirnya ganti orang, mungkin karena lelah menyupir di jalanan menanjak atau memang sudah begitu tradisinya. Nah si akang ini menagih ongkos pada penumpang. Karena saya nggak ngerti harus bayar berapa, saya kasihlah uang 20ribu untuk berdua dan ternyata nggak dikembaliin. Tapi beberapa penumpang lain kayaknya nggak ada yang bayar sampai 10ribu, deh. Entah karena saya terkesan sebagai wisatawan atau gimana, saya nggak mau ambil pusing dan ber-positive thinking aja.
Setelah ganti supir (kita panggil supir ini dengan sebutan Aa) angkot krem yang dikenal dengan angkot elf ini kembali melaju. Pelan, dan sangat pelan. Cara si Aa nyetir beda banget sama si Akang yang agak ada tenaganya. Baru sekitar 300 meter si Aa nyetir, dia langsung berentiin angkotnya. “Ini Deren nya, Neng!” kata dia kepada saya dengan intonasi agak aneh dikata De’ Ranch. “Ini De’ Ranch-nya, A?” saya masih agak ragu karena angkot berhenti persis di gang perumahan biasa. Nggak ada plang tanda De’ Ranch disepanjang mata memandang. Si Aa ngotot sambil ngangguk – ngangguk. Baiklah saya dan pacar turun dari angkot dan menyusuri jalanan beraspal yang kira – kira hanya muat dilewati satu mobil aja.
Kami menyusuri jalanan itu sambil sibuk nyari plang bertuliskan kata De’ Ranch. Seinget saya, harusnya ada plang atau seenggaknya ada delman atau tukang ojek di depan gang. Sedangkan gang ini sepi – sepi aja. Akhirnya kami bertemu dengan tukang ojek dan dari informasi yang tukang ojek kasih, kami salah turun gang. Entah karena si Aa kurang jelas maksud kami atau memang sengaja yang jelas gang ini bukanlah Deren atau apapun itu yang dia sebut. Hujan mulai turun, rasa kesal karena kesasar ditambah kepala pusing karena (lagi – lagi) terkena air hujan makin campur aduk. Kata tukang ojek sih, kami harus naik angkot lagi ke pertigaan lampu merah dan dari situ naik ojek 2ribu sampai ke De’ Ranch. Karena bingung dan GPS nggak bisa digunakan (lagi), kami akhirnya naik angkot krem sama seperti yang kami naiki dari St. Hall. Saya berkali – kali bilang sama si supir angkot kalau kami mau ke De’ Ranch dan si supir ngangguk – ngangguk. Lagi – lagi kami percaya dengan si supir. Tapi ternyata angkot krem ini sudah melewati 2 kali pertigaan. Setiap kami tanya, supirnya pasti bilang “Masih jauh, Neng.” Beruntunglah ada satu penumpang yang baik hati dan bilang kalau kami kelewatan. Kami langsung segera turun setelah membayar ongkos 7ribu untuk berdua.
Pasar Panorama, begitu bunyi tulisan yang tertera di papan yang ada di bagian atas pasar yang lantainya becek terkena campuran air hujan dan tanah. GPS yang dipasang di smartphone kali ini agak sedikit membantu. Di LCD tertera jarak saya berdiri dan De’ Ranch hanya 300 meter. Daripada salah jalan lagi, saya kembali bertanya dengan warga sekitar. Untunglah kali ini jalan yang kami lewati benar. Hanya butuh jalan kaki sekitar 10 menit, kami tiba di De’ Ranch.
Main Gate of De’ Ranch
Tiket masuk De’ Ranch (per Februari 2015) sebesar 8ribu dan bisa ditukar dengan susu segar rasa buah di area food court. Kebetulan karena masih weekday alias hari Jumat, De’ Ranch siang itu nggak terlalu ramai bahkan bisa dibilang lumayan sepi. Emang paling pas ke De’ Ranch saat weekday begini, kita bisa bebas berfoto dengan latar pemandangan hijau bukit – bukit yang menawan, kuda – kuda yang dibiarkan merumput atau berbagai tanaman bunga yang sengaja ditanam di sisi – sisi kandang kuda. Bagi yang belum tau, De’ Ranch adalah tempat wisata yang dibangun dengan gaya cowboy. Pengunjung bisa menaiki kuda dengan biaya mulai 20an ribu, naik delman, bermain balon air, atau sekedar berfoto dan menikmati sejuknya udara kota Lembang yang bisa bikin saya yang notabenenya orang Jakarta menggigil kedinginan. Siang ini saya dan pacar sengaja nggak naik kuda atau bermain air, kami beneran fokus buat foto – foto aja. Selain pemandangannya indah banget, rasa narsis kami memang benar – benar tersalurkan disini. Buktinya selama 3 jam kami disini, yang kami lakukan cuma jalan – jalan santai dan bernarsis – narsis ria.
Potongan tiket masuk yang bisa ditukarkan dengan susu segar
Selfoot sama pacar :3
Narsis kali ini dilatari dengan hijaunya pemandangan De’ Ranch. Cie…
Sebelum pulang, tak lupa saya dan pacar menukarkan tiket masuk kami dengan 2 cup susu sapi rasa melon. Rasa manis dari melon ternyata membuat susu ini teman pelepas dahaga yang pas setelah lelah seharian mengelilingi kawasan berumput ini. Sekitar jam setengah 2 siang, kami berencana mencari tempat makan karena perut yang mulai berontak minta diisi. Saya lupa, ternyata tadi pagi kami hanya sarapan dengan mie instant dalam cup tanpa menyentuh nasi. Akhirnya saya dan pacar sepakat untuk cari makan di daerah Bandung kota.
Susu sapi segar rasa melon
To be continue…
*untuk yang ingin membaca petualangan hari pertama kami di Bandung, klik DISINI
Related
PutriKPM
Social Media Specialist by day, Content Creator by night
Related
You May Also Like
23 Comments
Leave A Comment
This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.
This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.
Phalupi Apik Herowati
Mba Putri, kapan-kapan jalan bareng ya. Kita punya nama tengah yang sama yaitu: narsis. Hihihihi…
15 . Feb . 2015PutriKPM
Hahaha ayuk, Mbak! Kita ngebolang sambil bernarsis ria :)))
16 . Feb . 2015Ani Berta
Wihhhh asyiknyaaaa Mba Put…..Sight Seeing nya mantap!
15 . Feb . 2015Saya aja yg orang Bandung belum pernah ke sana 😀
Bener kata Mba Phalupi…..kita musti jalan bareng
PutriKPM
Hahahah iyaaa aku semalem sebelum berangkatnya gugling dan nemu tempat ini langsung kepengen kesana. Seru banget tempatnya. Yuk yuk 😀
16 . Feb . 2015khalida
wisata ala2 koboy di deranch memang sip. Lihat foto2nya jadi pengen kesana lagiii asrii bgt.
16 . Feb . 2015PutriKPM
Pernah kesana, Mbak? Iya asyik banget suasananya 😀
16 . Feb . 2015Ranii
wihihi, perjalanan menuju de’ranch-nya nano nano banget yah mbak, tapi makin ngeselin biasanya makin seruu buat diinget2 nantinya ya..
tempatnya asik nih, ngikut teh ani ahh mau jalan bareng juga –v
16 . Feb . 2015PutriKPM
Iyaaa huhuhu mana gpsnya error hampir hopeless tapi akhirnya sampai juga. Huftd
16 . Feb . 2015Irly
Huaa…suka foto yang payungan..xixi…
bener kata mbak Ranii, kalo nyasar(atau tepatnya disasarin..apasih)emang ga enak..tapi bisa jadi salah satu keseruan tersendiri setelah liburan(kalo masih liburan bikin kesel)..
Susunya seger tuh mba, saya yang ga suka susu waktu itu malah pengen nambah saking segernya^^
16 . Feb . 2015PutriKPM
Iyaaa hiks kesel sih tapi syukurlah sampai juga. Aaaa maaci yaaa… Iya susunya enyak lho ciyus!
16 . Feb . 2015mahadewishaleh
Nanti kalau ke Bandung lagi, berkabar ya Mbak 🙂
Biar main sama blogger Bandung ehehe 🙂
16 . Feb . 2015PutriKPM
Sip Mbak! 🙂
16 . Feb . 2015Fikri Maulana
Baru mampir udah suka sama tulisannya 🙂
http://www.fikrimaulanaa.com
16 . Feb . 2015Fikri Maulana
Baru mampir udah suka sama tulisannya 🙂
16 . Feb . 2015PutriKPM
Waaaa terima kasih yaaaaaa
17 . Feb . 2015Nunung Yuni Anggraeni
Dua minggu lalu adikku ke sana.Lihat postingan ini jadi pengin ke sana nih
17 . Feb . 2015Nunung Yuni Anggraeni
Tempatnya asyik ya.Dua minggu lalu adikku ke sana.Lihat postingan ini jadi pengin ke sana nih
17 . Feb . 2015PutriKPM
Asyik Mvak wajib kesana deh 😀
17 . Feb . 2015Barang Wajib Bawa Sebelum Jalan – Jalan Ala PutriKPM | Delapan Kata
[…] Bahkan waktu liburan di Bandung kemarin saya sampai bawa replika bunga matahari sendiri lho ke De’ Ranch. Padahal medannya terjal, saya kudu naik angkot sejam dan jalan 10an menit ke lokasi, tapi tetep […]
17 . Feb . 2015Backpacker Ala PutriKPM Goes To Bandung Part 3 |
[…] PS: Baca cerita seru Backpacker ala PutriKPM hari pertama disini dan hari kedua disini! […]
19 . Feb . 2015Azis Nizar
Waaah seru perjalanannya ya, saya udah lama pengen menjajal berkuda disana belum kesampaian. Semoga suatu saat bisa. Cie cieee ptongan tiketnya dua hehehe
19 . Feb . 2015PutriKPM
Biar nggak dikira jomblo sengaja dipajang potongan tiketnya muehehehehe
20 . Feb . 2015Backpacker ala PutriKPM – Goes To Bandung Part 4 (Salah Tiket Kereta) |
[…] PART 2 klik DISINI, […]
21 . Feb . 2015