IBX581FD685E3292

Ketika kamu menghindar jauh, aku merasakan ada yang hilang dari hidupku. Sesuatu yang begitu dekat dengan tawaku, kini terlalu sering membuatku menangis. Aku tahu kamu mungkin bosan dan ingin meninggalkanku, tapi aku tak mampu sedetikpun berhenti mengharapkanmu. Mungkin orang-orang menganggapku tak waras, aku tak pernah peduli. Mereka tak pernah mengerti apa yang aku rasakan, kehilangan begitu sakit. Seandainya aku mampu, mungkin aku mencoba mencari penggantimu. Walaupun kenyataannya tak pernah ada yang bisa sepertimu. Ketika aku bertanya pada bulan, bulanpun seakan mengerti bahwa bahagiaku cuma di kamu. Mungkin semua ini hanyalah kesia-siaan, namun bagiku bicara pada bulan sudah mampu mengobati perasaanku. Aku tetap butuh kamu, dan selalu menunggumu kembali. Aku merindukanmu, merindukan tiap malam yang kita isi sambil menatap bulan yang tersenyum manis. Aku merindukanmu, kembalilah padaku.

Share:

Sore ini sudah hari ke sepuluh aku meminum kopiku sendirian. Kopi putih yang lebih manis dari biasanya, walaupun ampasnya sering menempel di pinggiran bibirku. Hari ini rasanya melelahkan, keringatku menetes dari dahi lalu turun ke pipi-pipiku.
Sore ini sepi. Beda dari sebelas hari sebelumnya yang ramai dihiasi tangisanku. Aku mendesah, berat rasanya mengingat-ingat hari itu lagi.
Kali ini cangkir merah kesayanganku begitu memuakkan. Ingin ku banting dan ku buang begitu saja. Rasanya aku bosan menggenggamnya lagi, hanya membuatku mengingat masa-masa yang sempat membuatku bahagia saja. Ah, aku benci kopi putih.
Aku benci meminum manisnya kopi putih yang dulu sering ditemani oleh tawa renyahmu. Aku benci menghirup wanginya yang selalu mampu membuat tenang, itu katamu. Aku benci meninggalkan bekas bibirku dipinggiran cangkir merah favoritmu ini.
Ah, aku benci kamu.

Ps : aku masih belum bisa berhenti meminum kopi putih kesukaanmu. Ya, aku masih belum bisa melupakanmu.

Share:
in Uncategorized

Bertemu – Part 1

at

Perpisahan selalu menjadi akhir yang menyakitkan, tapi mereka nggak sadar kalau bakal ada pertemuan baru yang akan mengobati perihnya.
Pertemuan.
Seperti bunga yang kembali kuncup menggantikan yang telah layu.
Seperti mimpi yang kembali hadir setelah mimpi menyedihkan minggu lalu.
Seperti perasaan haru yang kembali menyeruak mengisi rongga paru – paru.
Seperti harapan yang kembali menjadi kenyataan setelah kenangan menyemu.
Seperti telor burung yang kembali menetas setelah sekian lama banyak diburu.
Bertemu itu syahdu, apalagi dengan si pemilik rindu.
Aku bahkan hampir saja berdoa bahwa kamu adalah yang ku tunggu.
Bahwa kamu adalah penyembuh luka masa lalu.
Bahwa kamu adalah nyanyian untuk hati yang sendu.
Luka masa lalu karena orang yang telah pergi memang sakit.
Seperti virus yang sudah menjalar ke seluruh sendi – sendi dalam diri.
Semoga kamu adalah masa depan yang ku harap memberi arti tersendiri.
Semoga kamu adalah impian yang menjadi nyata di masa kini.
Semoga kamu adalah udara yang membuatku bisa bernafas lagi.
Semoga kamu adalah alasan ku untuk tak boleh bersedih kembali.
Semoga kamu adalah alasan bahwa yang sudah lalu tak boleh kemari.
Semoga pertemuan ini menjadi saksi, bahwa aku butuh kamu, kamu butuh aku, aku adalah kamu, kamu adalah aku.
Semoga tak ada lagi perpisahan yang selalu membuatku murung.
Pertemuan ini terlalu membahagiakan buatku.
Pertemuan ini seperti mimpi yang mengharu biru.
Pertemuan denganmu membuatku tak mau terbangun dari mimpi indahku.

Share:
1565758